ANALISIS BAB 19
“GAJAH MADA HAMUKTI PALAPA”
KARYA L.K. HARIADI
A. SINOPSIS
Di suatu malam, Mahapatih Arya Tadah
menemui Gajah Mada untuk membicarakan suatu hal. Awalnya Gajah Mada mengira
kalau Mahapatih Arya Tadah ingin membicarakan masalah pencurian mahkota yang
telah terjadi beberapa hari lalu, namun ternyata bukan itu. Arya Tadah telah
mengajukan permohonan untuk lengser dari jabatannya sebagai mahapatih kepada
kedua Prabu Putri dan dikabulkan. Ia merasa kemampuannya sudah menurun sebab
faktor usia yang tak lagi muda. Oleh karena itu, ia meminta Gajah Mada untuk
bersedia menggantikannya sebagai mahapatih yang baru.. Sontak hal itu membuat
Gajah Mada terkejut, ia merasa belum siap dan belum pantas mengemban jabatan
tersebut, sedangkan menurutnya masih banyak sosok lain yang lebih layak
darinya.
Arya Tadah terus membujuk Gajah Mada untuk
memenuhi permintaannya. “Ayolah, Gajah Mada, cobalah jujur kepada dirimu
sendiri. Ketika berada di pangkat lurah prajurit, kau pun berangan-angan untuk
bisa meraih jabatan lebih tinggi dengan pangkat senopati, lalu temenggung, lalu pasangguhan dan seterusnya. Jujurlah bahwa kedudukan mahapatih
sebenarnya berada di angan-anganmu, bukan?” Pertanyaan Arya Tadah memaksa Gajah
Mada mengakui kebenarannya bahwa menjadi mahapatih yang berarti di jabatan
kedua setelah raja, sungguh bohong besar jika ia tidak membangun mimpi
mendapatkan jabatan itu. Setelah berulang kali Arya Tadah membujuknya, akhirnya
Gajah Mada bersedia, namun dengan syarat setelah ia berhasil meredam pemberontakan
Ma Panji Keta dan Adipati sadeng. Arya Tadah mengunyah permohonan itu, lalu
menimbang menggunakan cara pandang Gajah mada dan berusaha memahaminya.
Mahapatih Arya Tadah tersenyum dan manggut-manggut.
Tidak sampai di situ persoalan yang ingin dibicarakan
Arya Tadah. Di malam itu juga Arya Tadah menyampaikan kepada Gajah Mada bahwa
sudah saatnya ia berumah tangga, “Gajah Mada! Aku lihat selama ini sepak
terjangmu selalu bergolak. Menurutku harus ada istri yang mampu mengimbangi dan
menjadi tempat menampung kegelisahanmu. Apa yang menyebabkan selama ini kau
belum berpikir berumah tangga?” Persoalan yang disampaikan Mahapatih Arya Tadah
itu sungguh persoalan yang tak terduga. Betapa sulit menjawab pertanyaan itu, terlihat
ia amat bingung. Hingga akhirnya dengan tegas ia berani menjawab, “Aku tidak
akan menikah, Paman!” Jawaban Gajah Mada benar-benar membuat Mapatih Arya Tadah
terperanjat.
Gajah Mada memutuskan untuk tidak beristri
karena ia ingin mengabdikan diri sepenuhnya kepada negara dengan tuntas tanpa
sisa. Menurutnya, banyak lelaki yang mestinya punya kesempatan untuk menjadi
perkasa dan bisa berbuat sesuatu luar biasa, nyatanya menjadi lembek karena
wanita. Untuk mewujudkan Majapahit yang besar, jaya, dan gilang gemilang,
segala hal yang membuatnya terlena, membuat mabuk, membuatnya kenyang sampai
tidak mampu bergerak harus dibuang jauh, disingkirkan.
B. JUDUL
FRAGMEN
“Sudah
Waktunya”
Hal ini
berkaitan dengan telah tibanya waktu untuk pergantian kekuasaan dalam posisi
mahapatih dari Arya Tadah ke Gajah Mada.
C. NILAI
a. Nasionalisme
Gajah
Mada adalah seorang yang memiliki cita-cita untuk mewujudkan Majapahit yang
besar, jaya, dan gilang gemilang. Ia rela berkorban dan ingin mengabdikan diri
sepenuhnya kepada negara dengan tuntas tanpa sisa
b. Moral
Gajah
Mada adalah orang dengan kepribadian yang santun dan jujur, terbukti ketika ia
berkomunikasi dengan orang lain selalu menggunakan kata sapaan dan tidak mau
berbohong walau sekecil apa apun.
c. Politik
Arya Tadah
meminta Gajah Mada untuk menggantikan posisinya sebagai mahapatih karena ia merasa kemampuannya sudah menurun
akibat faktor usianya yang tak lagi muda.
d. Budaya
Dalam
bagian novel ini, tidak sedikit ditemukan kata-kata dalam percakapan yang
menggunakan bahasa Jawa, misalnya kata lenggahi,
wadat, trah, lara lapa, hamukti wiwaha, pawon, wuda, yuda,dan jenang abang.
D. LATAR
a.
Latar
tempat
1. Tepi jalan
Bukti :
“…seorang dari mereka yang berkumpul di tepi jalan”
2. Halaman istana Ibu Suri Gayatri
Bukti :
“Di halaman Ibu Suri Gayatri makin banyak berkumpul para prajurit...”
3. Emper bangunan yang berseberangan
dengan gedung perbendaharaan pusaka
Bukti :
“Di Emper bangunan yang berseberangan dengan gedung perbendaharaan pusaka,
Gajah Mada dan Arya tadah duduk berdampingan.”
4. Ruangan Ibu Suri
Bukti :
“Ketika dua orang pimpinan terkemuka di majapahit itu memasuki bilik, di ruangn
itu telah duduk melingkar Prabu…”
b.
Latar
waktu
1. Malam hari
Bukti :
“Malam telah melampaui puncaknya dan bergulir mendekati wilayah dini hari”
c.
Latar
suasana
1. Cemas
Bukti :
“Semua orang terjaga dan merasakan udara yang tidak menyenangkan. Semua orang
keluar dari rumah dan sibuk membicarakan atau mencari tahu apa yang terjadi.”
2. Santai
Bukti :
“’kamu dipanggil dengan nama Bugang, apakah sebagian gigimu ada yang sudah tanggal?’
Tak hanya prajurit yang tertawa, para penduduk yang mendengarkan juga ikut
tertawa.”
3. Serius
“’Akan
aku ceritakan, tapi sebelumnya ada persoalan lain yang perlu aku sampaikan dan
aku merasa kini telah tiba saatnya.’ Gajah Mada merasa heran karena rupanya ada
persoalan yang oleh Empu Krewes dirasakan lebih penting.”
E. KARAKTER
a.
Gajah
Mada
1. Berani berkorban
Bukti :
“…jika tak ada orang lain yang berani berkorban hingga tuntas, ia yang akan
melakukan.”
2. Bertanggung jawab
Bukti :
Gajah Mada selalu menyelesaikan masalah hingga tuntas. Saat ia diminta Arya
Tadah untuk menggantikannya sebagai mahapatih, ia belum mau menerima jabatan
itu sebelum berhasil meredam pemberontakan Keta dan Sadeng.
3. Penuh perhatian
Bukti :
Ketika Gajah Mada melihat Arya Tadah dengan tubuh tuanya berjalan tertatih
dengan dibantu oleh prajurit, ia bergegas melepas selimut yang dikenakan dan
diserahkan untuk membalut tubuh Arya Tadah
4. Mampu melawan nafsu
Bukti :
Gajah Mada memutuskan untuk tidak beristri karena ia ingin mengabdikan diri
sepenuhnya kepada negara dengan tuntas tanpa sisa. Menurutnya, banyak lelaki
yang mestinya punya kesempatan untuk menjadi perkasa dan bisa berbuat sesuatu
luar biasa, nyatanya menjadi lembek karena wanita.
5. Santun
Bukti :
selalu menggunakan sapaan ketika berkomunikasi dengan orang lain.
6. Jujur
Bukti :
Ketika Gajah Mada ditanya oleh Arya Tadah tentang kesanggupannya menduduki
jabatan mahapatih, ia tidak mengelak dengan menggeleng. Ia tidak mau berbohong
karena sebenarnya ia juga pernah berangan-angan menduduki jabatan itu.
b.
Arya
Tadah
1. Penuh perhatian
Bukti :
Arya Tadah dengan tulus membimbing dan memberi dorongan kepada Majapahit yang
sering pula menempatkan diri sebagai orang tuanya.
2. Tidak mudah percaya pada suatu hal
Bukti :
Ia tidak langsung percaya pada anggapan orang yang meyakini bahwa Kiai Wiragati
mampu melenyapkan tubuh dari pandangan mata sebelum ia melihatnya secara
langsung.
c.
Rangga
Paniti
1. Suka menolong
Bukti :
ketika rombongan prajurit menghampiri penduduk, ia menawarkan diri untuk
membantu menyelesaikan masalah.
2. Percaya diri
Bukti :
Rangga Paniti mengutarakan keinginannya kepada pimpinan rombongan prajurit
untuk menjadi prajurit dan ia pun ingin menemui pimpinan prajurit tersebut
secara langsung.
3. Memiliki tekad kuat
Bukti :
Ketika teman-temannya tidak yakin bahwa ia bisa menjadi prajurit karena
tubuhnya yang sangat kurus, ia mulai saat itu juga akan berusaha makan banyak
dan berhati-hati menjaga pawon.
d.
Ra
Kembar
1. Suka menolong
Bukti :
“...Kalau kamu ingin menjadi prajurit, aku akan membantumu.”
e.
Suro
Bugang
1. Suka bercanda
Bukti :
“…. Bhayangkara telah memagari istana sampai semut pun tak bisa masuk” semua
orang di sekelilingnya tertawa dengan omongannya itu.
F. KONFLIK
Konflik batin, ketika
Gajah Mada diminta Arya Tadah untuk menggantikan posisinya sebagai mahapatih,
dalam hatinya ia sangat menginginkan jabatan itu. Namun, di sisi lain, saat ini
ia masih memiliki tanggung jawab yang harus diselesaikan yaitu persoalan Keta
dan Sadeng.