A. AWAL PROSES KEDATANGAN
BANGSA PORTUGIS KE INDONESIA
a. Bartolomeus
Dias
Tahun 1487, Bartolomeus
Dias mengitari Tanjung Harapan dan memasuki perairan Samudra Hindia. Selanjutnya
pada tahun 1498, Vasco da Gama sampai di India. Namun, orang-orang Portugis ini
segera mengetahui bahwa barang-barang dagangan yang hendak mereka jual tidak
dapat bersaing di pasaran India yang canggih dengan barang-barang yang mengalir
melalui jaringan perdagangan Asia. Karena itu, mereka sadar harus melakukan
peperangan di laut untuk mengukuhkan diri.
b.
Alfonso de Albuquerque
Alfonso de Albuquerque merupakan panglima
angkatan laut terbesar pada masa itu. Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat
menuju India, dan pada tahun 1510 dia menaklukan Goa di pantai barat yang
kemudian menjadi pangkalan tetap portugis. Pada tahun 1510, setelah mengalami
banyak pertempuran, penderitaan, dan kekacauan internal, tampaknya Portugis
hampir mencapai tujuannya. Sasaran yang paling penting adalah menyerang ujung
timur perdagangan Asia di Maluku.
Setelah mendengar laporan-laporan pertama dari para pedagang
Asia mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, Raja Portugis mengutus Diogo
Lopez de Sequiera untuk menekan Malaka, menjalin hubungan persahabatan dengan
penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil Portugis di sebelah timur India.
Pada bulan April 1511,
Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa Purtugis menuju Malaka dengan kekuatan
kira-kira 1200 orang dan 17 buah kapal. Peperangan pecah segera setelah
kedatangannya dan berlangsung terus secara sporadis sepanjang bulan Juli hingga
awal Agustus. Dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis
tersebut merupakan ancaman bagi Kerajaan Aceh.
B. BERDIRINYA
KERAJAAN ACEH
Kerajaan Aceh berdiri menjelang
keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah, pada tahun 1360
M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majaphit, dan sejak saat itu, kerajaan Pasai
terus mengalami kemudunduran. Diperkirakan, menjelang berakhirnya abad ke-14 M,
kerajaan Aceh telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah
yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H (1511 M).
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh
ini hanya mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali
Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia
berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya,
termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M,
kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera
seperti Peurelak (di Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan
Aru (di Sumatera Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis.
Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat
pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan
masukkan ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih
dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari
penaklukan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
C. AKSI PORTUGIS DI ACEH
Kedatangan Portugis ke Asia termasuk ke Indonesia
dilandasi keinginan untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan juga
menyebarkan agama nasrani. Yang mana sebab serta tujuan tersebut biasa dikenal
dengan tiga unsur, yaitu gold (emas/kekayaan), gospel (agama), glory
(kejayaan/kekuasaan). Pada awalnya, tujuan Portugis ke Indonesia hanya untuk
membeli rempah-rempah dari petani Indonesia. Namun dengan meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim
daerah-daerah yang mereka kunjungi adalah daerah kekuasaanya.di daerah
tersebut, mereka memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan
alam sebanyak mungkin. Karena hanya orang Portugis yang menguasai daerah
tersebut, maka penentuan harga akan rempah-rempah diputuskan oleh orang
Portugis juga.
Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan,
Portugis tidak jarang melakukan dengan cara pemaksaan. Salah satunya mereka
membuat perjanjian dengan penguasa setempat, yang mana isi perjanjian tersebut
jelas menguntungkan bagi pihak Portugis. Selain mengadakan perjanjian dengan
penguasa setempat, orang Eropa juga ikut campur dengan urusan politik suatu
daerah. Dalam hal ini bangsa Eropa selalu mengadu domba kelompok masyarakat
atau wilayah dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara inilah bangsa
Eropa dapat mempengaruhi penguasa dan memperoleh hak istimewa dalam berdagang.
Selain memonopoli
perdagangan aksi Portugis di Aceh lainnya adalah melarang orang-orang Aceh
berlayar ke barat oleh Portugis dan kapal-kapal Aceh ditangkap oleh Portugis.
D.
REAKSI KERAJAAN ACEH UNTUK MENGHADAPI AKSI
PORTUGIS
Sebab-sebab terjadinya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis:
ü Adanaya
monopoli perdagagan oleh Potugis.
ü Adanya
larangan orang-orang Aceh berlayar ke barat oleh portugis.
ü Dengan berkedudukan di Malaka,
Portugis merupakan saingan Aceh dalam perdagangan di kawasan sekitar Selat Malaka.
ü Portugis ingin
menyebarkan agama Katholik. Hal ini tidak bisa diterima oleh Aceh sebagai
sebuah kerajaan Islam.
Raja-raja
Aceh yang melakukan perlawanan terhadap Portugis antara lain:
ü Sultan Ali Mughayat Sya
Pada masa pemerintahannya,
Aceh bersekutu dengan Kerajaan Johor untuk menyingkirkan Portugis. Pada tahun
1513, Aceh menyerang Malaka dengan bantuan Pangeran Sabrang Lor (Pati Unus)
dari Demak.
ü Sultan Alaudin Riayat
Syah
Pada masa pemerintahannya,
yaitu pada tahun 1550, Aceh menyerang Malaka lagi dengan bantuan Ratu
Kalinyamat dari Demak. Namun penyerangan ini tidak membuahkan hasil.
ü Sultan Iskandar Muda
Raja Aceh yang sangat gigih
melawan Portugis adalah Sultan Iskandar Muda. Pada tahun 1629, ia melakukan
penyerangan terhadap Portugis di Malaka.
Usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis
dari seluruh bumi Aceh dengan
menaklukkan kerajaan kerajaan
kecil yang sudah
berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara
berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia
kalahkan. Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie,
sehingga Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan
gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai. Dengan jatuhnya
Pasai pada tahun 1524 M.
Aceh
menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut.
Kemenangan yang berturut-turut ini membawa keuntungan yang luar biasa, terutama
dari aspek persenjataan. Portugis yang kewalahan menghadapi serangan Aceh
banyak meninggalkan persenjataan, karena memang tidak sempat mereka bawa dalam
gerak mundur pasukan. Senjata-senjata inilah yang digunakan kembali oleh
pasukan Mughayat untuk menggempur Portugis
Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis
mundur ke Peurelak. Namun, pasukan Aceh tidak memberikan kesempatan sama sekali
pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke
Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya
Portugis mundur ke Malaka.
Perlawanan Aceh terhadap Portugis,
dilanjutkan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Malaka. Beberapa tindakan
Iskandar Muda untuk memperkuat Kerajaan Aceh;
ü Menambah dan melengkapi
kapal-kapal dagang dengan prajurit dan persenjataan.
ü Menjalin hubungan baik
dengan Turki dan Gujarat.
ü Meningkatkan kerja sama
dengan kerajaan Islam di nusantara.
ü Memperkuat pertahanan di
dalam negeri.
ü Memperluas
daerah ke Semenanjung Malaka dengan dikuasainya Kerajaan Kedah, Perak, Johor,
dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera dikuasainya sampai ke
Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke Minangkabau.
ü Untuk
memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama dengan
Belanda dan Inggris dengan mengijinkan
kongsi Dagang mereka, yaitu VOC dan EIC.
ü Menyerang
Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintin pada tahun
1624.
ü Mendirikan
Masjid Baiturrahman di pusat ibu kota kerajaan Aceh.
Tujuan Sultan Iskandar Muda menyerang Malaka adalah untuk:
ü Mengusir bangsa Portugis
dari Malaka.
ü Mematahkan kekuatan
Portugis di daerah Asia Tenggara.
ü
Menguasai daerah produksi lada dan timah yang berada di sekitar
Malaka.
Namun, kedua belah pihak tidak mampu saling
mengalahkan. Aceh tidak mampu mengusir Portugis dari Malaka dan sebaliknya,
Portugis pun gagal menanamkan pengaruhnya ke Aceh.
Pada
masa Sultan Iskandar Muda, Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang
sangat ramai di Asia Tenggara. Kerajaan Aceh pada masa itu juga memiliki
hubungan diplomatik dengan dinasti Usmani di Turki, Inggris dan Belanda.
Pada masa Iskandar Muda, Aceh
pernah mengirim utusan
ke Turki Usmani
dengan membawa hadiah. Kunjungan ini diterima oleh Khalifah Turki Usmani
dan ia mengirim hadiah balasan berupa
sebuah meriam dan penasehat militer untuk membantu memperkuat angkatan perang
Aceh. Wilayah kekuasaan Aceh mencapi Pariaman wilayah pesisir Sumatra Barat,
Perak di Malaka yang secara efektif bisa direbut dari portugis tahun 1575.
E. PENYEBAB
KEMUNDURAN KERAJAAN ACEH
Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh bukan dikarenakan
adanya reaksi Portugis di Aceh melainkan hal-hal berikut.
ü
Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, tidak
ada raja-raja besar yang mampu mengendalikan daerah Aceh yang begitu luas.
ü
Kemunduran itu mulai terasa dan terlebih
lagi setelah meninggalnya Sultan Iskandar Thani.
ü
Timbulnya pertikaian yang terus menerus di
Aceh antara golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya Kerajaan
Aceh.
ü
Daerah –daerah kekuasaanya banyak yang
melepaskan diri, seperti Johor, Pahang, Perak, Minangkabau, dan Siak.